Defisit anggaran yang lebih baik dari perkiraan pada tahun 2018, di tengah melebarnya defisit transaksi berjalan, berdampak positif terhadap sentimen pasar dan membantu apresiasi Rupiah ke level sekitar 14,000. Rupiah kini menjadi salah satu mata uang negara berkembang (emerging market) terkuat sejak Oktober 2018 seiring dengan kembalinya investasi portofolio, meskipun ada kenaikan suku bunga The Fed pada bulan lalu. Sikap kebijakan The Fed yang dovish dan potensi gencatan senjata perang dagang AS-Tiongkok telah membantu investor global untuk mulai kembali melirik aset negara-negara berkembang. Di sisi lain, inflasi masih terkendali, menandakan konsumsi yang lambat dan stabil, sebagian disebabkan oleh kenaikan suku bunga pada tahun 2018. Mengingat fundamental dalam negeri yang stabil, penerapan Pajak Tobin negatif, dan berkurangnya risiko eksternal, kami berpendapat bahwa Bank Indonesia harus mempertahankan suku bunga kebijakannya pada bulan ini.