Abstrak
Tingkat inklusi DFS dan Laku Pandai (inklusi akses atau penggunaan layanan) telah mencapai 28% dan 43%. Namun demikian, ketika kita mendefinisikan inklusi berdasarkan kepemilikan rekening (inklusi rekening perbankan), tingkat inklusi turun menjadi 5% dan 25%. Kurangnya kesadaran terhadap DFS dan Laku Pandai masih dianggap sebagai kendala utama dalam memperluas akses layanan keuangan melalui agen. Laku Pandai tampaknya lebih dapat diandalkan dalam meningkatkan akses layanan keuangan bagi masyarakat miskin dan masyarakat di daerah terpencil karena dapat memberikan akses yang lebih efisien (dalam hal biaya, jarak, dan waktu transportasi) dan dianggap oleh pengguna memberikan kualitas layanan yang lebih baik dibandingkan layanan lainnya. jasa keuangan formal yang mereka alami sejauh ini. Di sisi lain, layanan DFS nampaknya lebih menarik bagi segmen masyarakat yang berpendidikan dan berpendapatan tinggi. Meski demikian, biaya akses DFS tidak jauh berbeda dengan biaya akses bank dan layanan keuangan formal lainnya, sementara kualitasnya dianggap lebih rendah oleh penggunanya. Selain itu, efisiensi DFS dan Laku Pandai dapat ditingkatkan karena terdapat pembebanan biaya layanan yang berlebihan. Terkait kepemilikan rekening, terdapat indikasi bahwa DFS bukanlah akses keuangan yang lebih disukai bagi masyarakat yang tidak mendapatkan layanan keuangan formal, sedangkan bagi Laku Pandai. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa pengguna DFS dan Laku Pandai memerlukan waktu untuk membuka atau mendaftarkan akun, kemungkinan karena waktu yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan terhadap agen. Faktor lain yang penting dalam menentukan apakah pengguna akan membuka akun adalah biaya (yang dirasakan). Oleh karena itu, pembebanan biaya layanan yang berlebihan tersebut di atas harus ditanggapi dengan serius untuk meningkatkan kecepatan pembukaan atau pendaftaran akun.