Perekonomian Indonesia terus tumbuh melampaui ekspektasi sepanjang tahun 2022. Pada Q22022, angka PDB tumbuh jauh di atas konsensus sebesar 5.44% (yoy), menjadikannya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi kedua sejak tahun 2013 dan hanya lebih rendah dari tingkat pertumbuhan sebesar 7.07%. (yoy) pada Q2-2021. Ada beberapa faktor yang turut mendorong tingginya laju pertumbuhan pada triwulan II 2022. Pertama, momentum pemulihan permintaan dalam negeri yang masih berkepanjangan akibat pemulihan kesehatan yang tertinggal dibandingkan negara lain; dengan demikian, efek basis rendah masih berlaku. Kedua, peristiwa musiman Ramadhan dan Idul Fitri mendorong aktivitas konsumsi selama Q2-2022. Berkontribusi sebesar 53% terhadap PDB, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5.51% (yoy) pada triwulan II-2, melonjak dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2022% (yoy). Ketiga, lonjakan harga komoditas akibat meningkatnya ketegangan geopolitik dan pemulihan ekonomi global telah menguntungkan Indonesia sebagai net eksportir komoditas energi primer, seperti batu bara dan CPO, dalam bentuk kinerja ekspor dan penerimaan pajak. Ekspor tumbuh sebesar 4.34% (yoy) dan pajak dikurangi subsidi meningkat sebesar 19.74% (yoy), yang merupakan tingkat pertumbuhan penerimaan pajak bersih tertinggi sejak tahun 39.42. Terakhir, keputusan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan subsidi bahan bakar dan menunda kenaikan harga bahan bakar pada Q2015- Tahun 2 di tengah meroketnya harga minyak membantu menjaga tingkat inflasi dan daya beli yang relatif rendah. Inflasi pada periode April-Juni 'hanya' rata-rata sebesar 2022% dan mencapai puncaknya pada bulan Juni dengan laju inflasi sebesar 3.79% (yoy), jauh di bawah laju inflasi bulan Oktober sebesar 4.35% (yoy) dan puncaknya pada tahun 5.71 sebesar 2022% (yoy). ) pada bulan September lalu.