Abstrak
Sudah lebih dari empat tahun krisis ekonomi melanda Indonesia. Meskipun negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Malaysia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan, Indonesia tampaknya mengalami proses pemulihan ekonomi yang paling lambat. Untuk menghadapi krisis ekonomi, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan, baik moneter maupun fiskal. Tulisan ini mencoba mencapai dua tujuan; pertama, mencoba untuk menentukan adanya reaksi asimetris antara output dan inflasi terhadap pengeluaran pemerintah dan jumlah uang beredar, dan kedua, mencoba untuk menemukan kebijakan terbaik untuk menghadapi krisis ekonomi, yaitu menentukan kebijakan mana yang menghasilkan dampak yang lebih besar. dan respons yang lebih cepat terhadap keluaran. Laporan ini berisi ikhtisar pengeluaran pemerintah dan jumlah uang beredar pada tahun sebelum krisis, latar belakang teori dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shock pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan output, dan pengaruhnya bersifat asimetris (shock positif mempunyai dampak yang lebih besar dibandingkan shock negatif), sedangkan shock uang beredar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik. berpengaruh pada keluaran. Makalah ini menyimpulkan tiga implikasi penting kebijakan pemerintah. Pertama, pemerintah harus melakukan realokasi belanja, yaitu mengalokasikan lebih banyak belanja pembangunan yang akan meningkatkan kapasitas produktif. Kedua, karena Indonesia saat ini mempunyai beban utang yang besar, maka pemerintah tidak perlu meningkatkan pengeluarannya, karena dampaknya terhadap penurunan output tidak signifikan secara statistik. Ketiga, otoritas moneter tidak boleh menggunakan guncangan jumlah uang beredar untuk meningkatkan output, namun harus fokus pada fungsinya dalam menghasilkan tingkat inflasi yang rendah.
Untuk artikel selengkapnya, klik tautan berikut: http://econpapers.repec.org/paper/aysispwps/paper0218.htm